Teknatekno.com – Berikut ini akan Teknatekno jelaskan 10 cara dan tips meningkatkan brand awareness dalam berbisnis. Tapi sebelum itu, kami akan menjelaskan terlebih dahuulu tentang brand awareness dan pentingnya mewujudkan brand awarness.
Beberapa orang lebih suka menyebut nama barang dengan sebuah merek. Misalnya, menyebut sepatu olahraga dengan Sepatu Keds. Padahal, merek sepatu itu Converse, Nike, atau Diadora.
Orang juga lebih suka menyebut kegiatan mencari informasi di internet sebagai Googling. Padahal, ada sekian banyak opsi mesin pencari. Contohnya saja, Bing, Wiki, atau Twitter.
Menyebutkan merek alih-alih nama benda adalah sebuah tanda dari brand awareness yang tinggi. Tapi kira-kira, bagaimana merek-merek di atas bisa memiliki brand awareness yang sangat kuat?
Brand awareness adalah rasa familiar yang dimiliki pelanggan atas sebuah produk atau jasa. Rasa familiar ini bisa menyangkut apa saja soal brand. Entah itu namanya, logo, tagline, maupun hal lain yang masih berhubungan dengan sebuah brand.
Bagi pemilik bisnis, mewujudkan brand awareness merupakan hal penting. Bahkan, bisa dikatakan, hal tersebut adalah sebuah investasi jangka panjang. Selanjutnya, kami akan menjabarkan mengapa menciptakan brand awareness penting untuk dilakukan.
Setelah memahami pengertian brand awareness, tak bisa dipungkiri konsep brand awareness memang cukup abstrak. Maka dari itu, mengevaluasi seberapa besar awareness pelanggan pada brand adalah hal yang cukup sulit dilakukan.
Namun begitu, bukan berarti brand awareness tidak perlu ditingkatkan. Setidaknya ada empat alasan mengapa brand awareness akan menguntungkan kamu dalam jangka panjang.
Semakin sering sebuah brand dibicarakan, semakin familiar pula sebuah brand di benak konsumen. Jika hal terus menerus dilakukan, calon pelanggan akan semakin percaya pada kualitas brand. Pada akhirnya, pelanggan akan tergerak untuk membeli produk dari brand tersebut.
Ide tersebut dibuktikan oleh sebuah penelitian. Penelitian tersebut menyebutkan dua faktor yang membuat calon pelanggan akan membeli sebuah produk atau jasa. Pertama, seberapa familiar konsumen dengan nama brand. Kedua, kepercayaan pelanggan pada brand tersebut.
Bayangkan ketika kamu hendak membeli sebuah merek produk kopi susu. Satu produk sudah cukup terkenal dan banyak dikonsumsi teman-teman kamu. Sedangkan satu lagi, merupakan merek kopi susu yang belum lama rilis.
Jika kamu menawarkan untuk membeli kopi susu bersama-sama, kemungkinan besar mereka akan memilih merek yang sudah lama mereka kenal, kan? Begitu lah yang terjadi ketika kamu memiliki produk dengan tingkat brand awareness yang kuat.
Bagi seorang awam, memilih produk atau layanan cukup membingungkan. Ya, ada banyak iklan dan promosi untuk membantu calon pelanggan. Tapi, itu kurang ada artinya tanpa brand awareness. Karena biasanya, seorang calon konsumen tidak akan membeli produk yang belum pernah dipakai orang lain.
Maka dari itu, membangun reputasi dan impresi positif menjadi penting. Kedua hal ini bisa diwujudkan dalam bentuk testimoni dan review pelanggan, iklan-iklan yang menarik, dan kehadiran di berbagai lini media sosial.
Prinsipnya, semakin banyak orang yang tahu tentang sebuah brand, semakin besar brand tersebut bisa menjaring konsumen-konsumen baru.
Dalam jangka panjang, pengalaman konsumen dan impresinya dalam menggunakan produk bisa membentuk brand equity. Brand equity bisa dikatakan baik ketika konsumen memiliki pengalaman dan impresi yang positif pada sebuah brand.
Allie Decker menyebutkan empat hal yang ikut terpengaruh ketika brand equity sebuah brand meningkat. Pertama, harga produk bisa meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan nilai brand dan kesan eksklusif yang meningkat.
Kedua, semakin banyaknya produk dan jasa yang ditawarkan. Ketiga, harga saham yang meningkat. Keempat, dampak sosial juga ikut meluas.
Produk dengan brand awareness yang tinggi tak hanya menarik konsumen baru. Produk yang sama juga bisa mempertahankan konsumen dan menjadikannya pelanggan setia.
Dengan kata lain, brand awareness adalah jawaban dari tantangan marketing business to consumer (B2C) model. Di mana pelanggan cenderung berpindah dari satu produk ke produk lainnya karena banyaknya pilihan.
Secara spesifik, ada lima faktor brand awareness yang membantu mendorong loyalitas pelanggan, yaitu:
Dalam dunia bisnis, brand awareness dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Brand Recognition (disebut juga dengan aided recall) adalah saat pelanggan melihat suatu produk dan mengenalinya. Namun, bukan berarti mereka bisa mengingat nama produk tersebut.
Pelanggan hanya mengenalinya karena branding dari produk tersebut. Mulai dari logo, kombinasi warna, hingga slogan. Kamu pasti pernah mengalami seperti ini, kan?
Brand recall (disebut juga dengan spontaneous recall atau unaided recall) adalah ketika pelanggan mampu mengingat nama brand saat melihatnya sekilas atau berdasarkan kategori produknya.
Kemampuan mengingat ini dipengaruhi oleh frekuensi pemakaian produk atau kesetiaan mereka. Dengan kata lain, semakin sering pelanggan menggunakan produk kamu dan menyukainya, semakin mungkin brand kamu berada pada tingkatan ini.
Tingkatan tertinggi pada brand awareness disebut dengan Top-of-Mind Awareness (TOMA). Di tahap ini, brand kamu akan langsung muncul pertama kali saat pelanggan sedang memikirkan kategori atau industri brand kamu.
Misalnya, saat ada yang menyebut “mie instan,” pasti kamu akan langsung teringat dengan Indomie, kan? Nah, itulah yang disebut dengan Top-of-Mind Awareness. Brand awareness di tingkatan ini sudah sangat membekas di ingatan pelanggan.
Kita sudah banyak bicara soal pentingnya brand awareness. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara konkret untuk mewujudkannya? Di bagian artikel kali ini, kamu akan menemukan jawabannya. Inilah 10 cara meningkatkan brand awareness.
Freemium merupakan gabungan dari istilah free dan premium. Model promosi ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk menjajal layanan secara gratis. Kemudian, jika pengguna merasa perlu upgrade atau menggunakan fitur tambahan, mereka bisa membayar lebih.
Model promosi ini kerap dipakai perusahaan software seperti Trello, Github, OneDrive, Evernote, Hootsuite, hingga Spotify.
Jika kamu memiliki model bisnis yang serupa, ada baiknya menggunakan format freemium untuk mempromosikan bisnis.
Di satu sisi, pengguna bisa menikmati layanan secara gratis. Kamu pun, sebagai pemilik bisnis, bisa mendapatkan pemasukan dari iklan. Di sisi lain, jika pengguna melakukan upgrade ke layanan premium, kamu tetap mendapatkan pemasukan. Dengan kata lain, format ini semacam simbiosis mutualisme atau sama-sama menguntungkan.
Cara lain untuk meningkatkan brand awareness adalah bekerja sama dengan brand lain. Cara ini akan memperkenalkan bisnis kamu ke calon pelanggan dari segmen pasar yang berbeda. Kamu bisa saling “bertukar” pelanggan dengan brand yang diajak berpartner.
Selain itu, partnering merupakan strategi apik untuk menghindarkan pelanggan dari rasa jenuh. Terutama jika bisnis kamu sudah memiliki produk dan karakter branding yang ajeg. Dengan menggandeng brand lain, kamu bisa bereksperimen untuk membuat dan memasarkan produk limited edition.
Uniqlo adalah salah satu brand yang cukup sering melakukan strategi ini. Setiap musimnya, Uniqlo merilis desain t-shirt baru yang terinspirasi dari serial kartun, seniman, atau desainer kenamaan.
Karakter dari Uniqlo T-shirt (UT) ini cukup berbeda dari karakter Uniqlo yang simpel dan bersih. Maka dari itu, konsumen didorong untuk segera membeli dan mengoleksi “barang langka” ini.
Referral programs bekerja seperti halnya promosi mulut ke mulut. Kamu mempromosikan sebuah produk atau layanan ke teman, saudara, atau kerabat. Dengan begitu produk yang dipromosikan bisa dikenal lebih luas.
Namun, ada sedikit perbedaan antara referral programs dengan promosi konvensional pada umumnya. Promosi mulut ke mulut biasanya tak melibatkan insentif bagi pihak yang mempromosikan produk.
Di lain sisi, referral memberikan insentif ketika pengguna berhasil mengajak orang lain menggunakan produk tersebut. Jadi, bisa dibilang program referral ini melengkapi dan memaksimalkan keberhasilan promosi mulut ke mulut.
Salah satu contoh sukses dari referral programs adalah Dropbox. Di awal kemunculannya, Dropbox menawarkan tambahan memori 500 MB untuk setiap pengguna baru yang berhasil diajak.
Insentif ini berlaku hingga referral ke-32 atau sampai dengan 16 GB. Dengan strategi ini, Dropbox berhasil mencapai satu juta pengguna hanya dalam waktu 10 bulan.
Infografik adalah cara lain untuk mencapai brand awareness yang luas. Setidaknya, 65 persen populasi dunia merupakan tipe pembelajar visual. Jadi, sudah jadi semacam rahasia umum, kalau banyak pengguna internet menyukai visual dibandingkan teks.
Ketika dieksplor lebih jauh, tampilan visual macam infografik tak hanya sekedar disukai. Ia juga memiliki dampak positif bagi pemiliknya.
Sebuah website yang menampilkan infografik bisa mendatangkan tambahan pengunjung hingga 12 persen. Selain itu, BuzzSumo menyebutkan bahwa artikel dengan tambahan ilustrasi setiap 75-100 katanya, dibagikan hingga dua kali lipat di media sosial.
Contoh kasus brand awareness yang cukup menarik adalah KISSmetrics. Dengan membuat 47 buah infografik, jasa web analytics buatan Neil Patel ini berhasil mendapatkan lebih dari 2,5 juta pengunjung dan 40 ribuan backlink. Berkat infografis, blog KISSmetrics mampu meningkatkan pembaca hingga 350 ribuan per bulannya dalam waktu 24 bulan.
Sebanyak 91 persen pengguna internet usia 18-34 tahun mempercayai review online seperti halnya rekomendasi dari orang terdekat. Survei lain menunjukkan bahwa 93 persen keputusan pembelian barang ikut dipengaruhi oleh review online. Itu mengapa review pelanggan masih bisa dikatakan sebagai cara ampuh memperkuat brand awareness.
Lalu, bagaimana best practice agar review pelanggan bisa mempengaruhi brand awareness? Untuk bisnis online yang memiliki web sendiri, kamu bisa mengintegrasikan review pelanggan dalam loyalty program atau keuntungan member.
Pelanggan tidak hanya mendapatkan poin ketika berbelanja produk, melainkan juga mendapat poin tambahan ketika mereview produk yang dibeli.
Cara seperti ini mengajak pelanggan untuk memberikan input pada kamu. Selain itu, melibatkan review pelanggan dalam loyalty program merupakan cara yang lebih halus daripada “memaksa” pelanggan terus berbelanja untuk mendapatkan keuntungan.
Banyak orang tergantung pada mesin pencari untuk menemukan konten yang diperlukan. Beberapa di antaranya mungkin adalah calon pelanggan kamu. Jadi, mengapa tak menggabungkan konten ke dalam strategi marketing kamu?
Nyatanya, perusahaan yang mempublikasi lebih dari 16 blog post per bulan bisa memperoleh trafik 3,5 dan lead 4,5 kali lebih banyak dibandingkan perusahaan yang hanya mempublikasikan nol sampai empat post per bulan.
Statistik di atas cukup jelas menunjukkan hubungan konten dengan brand awareness sebuah bisnis. Makanya, sangat disayangkan jika kamu belum menggabungkan konten ke dalam strategi marketing.
Selain dilihat sebagai sumber trafik, konten juga perlu dilihat sebagai sisi lain sebuah brand. Melalui konten kamu bisa mengubah image brand yang kaku menjadi lebih manusiawi. Entah itu dengan berbagi cerita, melucu, atau memberikan tips seperti halnya teman. Cara ini tentunya membuat kamu lebih dekat dengan pelanggan.
Kamu juga tidak perlu terpaku dengan bentuk konten berupa artikel. Ada begitu banyak bentuk konten yang bisa dieksplor dan dibagikan ke pelanggan. Misalnya, ebook, podcast, video, dan lain sebagainya.
Cara lain untuk meningkatkan brand awareness adalah menyelenggarakan kontes atau challenge di media sosial. Sama seperti influencer marketing (akan dijelaskan selanjutnya), strategi ini bisa meningkatkan mention, reach, dan engagement media sosial sebuah bisnis dalam waktu relatif singkat.
Namun, hal terpenting sebetulnya perlu dilakukan pada saat kontes tersebut selesai. Sebagai pemilik bisnis, kamu juga perlu mendesain strategi lanjutan dengan memanfaatkan mention, reach, dan engagement dari kontes yang dilakukan.
Misalnya, kamu bisa memberikan kupon, promo, dan benefit khusus pada peserta kontes yang telah berpartisipasi.
Hal tersebut penting dilakukan karena para peserta kontes adalah calon pelanggan yang sangat potensial. Mereka setidaknya sudah memahami bisnis yang kamu jalankan. Kemungkinan besar pun mereka memiliki ketertarikan untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
Mereka hanya membutuhkan satu dorongan agar beralih menjadi pelanggan. Maka, kupon, promo, dan benefit itulah yang mendorong mereka menjadi pelanggan baru kamu.
Podcast merupakan fenomena baru Indonesia. Keberadaannya pun baru mulai populer dengan adanya aplikasi streaming semacam Spotify. Akan tetapi, bukan berarti potensinya tidak perlu ditelusuri.
Dibandingkan berbagai bentuk konten lainnya, Podcast justru memiliki begitu banyak kelebihan. Konten berbentuk audio ini bisa menunjukkan sisi lebih ramah dari sebuah brand. Ujungnya, sebuah brand bisa lebih dekat dengan calon pelanggannya.
Dari sisi teknis, podcast membantu sebuah bisnis tampak lebih relevan di mata Google. Durasi podcast yang panjang membuat bounce rate halaman semakin rendah. Bagi Google ini berarti halaman web tersebut diminati dan membantu pengguna. Hasilnya, bisnis kamu bisa menempati ranking teratas pencarian.
Jika membuat podcast dirasa memberatkan, tentu ada cara lain yang bisa dilakukan. Kamu bisa bekerja sama dengan podcaster dan meminta ia untuk menyebutkan produk atau bisnis kamu. Dengan begitu, kamu tak perlu memulai segalanya dari awal sendirian.
Influencer marketing merupakan strategi promosi yang populer sejak kemunculan Instagram. Kamu bisa bekerja sama dengan para influencer supaya mereka mempromosikan produk kamu. Berbekal followers si selebgram yang banyak, kamu bisa dengan efektif meningkatkan brand awareness ke segmen pasar yang spesifik.
Cara marketing ini akan sangat efektif dipakai ketika kamu baru merilis sebuah produk. Dengan kepopuleran dan jangkauan luas influencers, brand awareness sebuah bisnis bisa terangkat dengan seketika.
Namun, ada beberapa hal yang perlu dipastikan sebelum menjalankan influencer marketing. Kamu perlu membuat konten yang cukup banyak sebelum mempromosikan brand ke influencer.
Selain itu, branding kamu secara internal juga perlu diperkuat. Branding yang dimaksud bisa dalam bentuk kehadiran di media sosial, logo, dan penyampaian nilai brand yang konsisten.
Dengan memastikan hal-hal itu, strategi influencer marketing bisa berjalan lebih efektif. Jumlah reach dan engagement yang tinggi tidak akan sia-sia. Lebih spesifik lagi, kamu bisa lebih mudah mengubah target pasar potensial menjadi konsumen.
Sponsorship merupakan cara yang umum dilakukan untuk meningkatkan popularitas sebuah brand. Meski begitu, tak semua pemilik bisnis berani menyisihkan modalnya untuk memberikan sponsor sebuah acara. Pertimbangannya tak lain karena sulit menilai return of investment (ROI) dari sponsorship.
Padahal, memberikan sponsor ke sebuah event bisa jadi langkah strategis untuk menaikkan brand awareness. Apalagi kalau cara ini diterapkan pada momen, jenis acara, dan target calon pelanggan yang tepat.
Anggap saja cara ini sebagai gabungan strategi online dan offline. Kamu bisa saja memberi kupon atau promo online, tapi itu tak cukup engaging bagi calon pelanggan. Mereka bisa saja teralihkan atau malah melirik promo dari kompetitor bisnis kamu.
Dengan sponsorship, kamu membawa upaya promosi itu langsung ke hadapan calon pelanggan. Kompetitor lain tak bisa mengalihkan perhatian calon konsumen. Pun, ada semacam deadline promo yang membuat calon konsumen ingin cepat-cepat melakukan transaksi.
Namun, yang terpenting sebetulnya adalah menghadirkan perasaan dekat antara calon pelanggan dengan brand. Kehadiran fisik lewat sponsorship tentunya lebih bisa menghadirkan impresi yang positif. Apalagi jika dibandingkan kehadiran yang masih berbatas layar.
Jadi, apa saja indikator berhasilnya sebuah promotional campaign? Berikut adalah indikator kualitatif dan kuantitatif yang bisa membantu kamu dalam mengevaluasi keberhasilan marketing.
Trafik website menunjukkan seberapa banyak pengunjung yang tertarik dan mengikuti brand kamu. Lewat jumlah trafik, kamu juga bisa mengetahui konten dan produk apa yang menarik dan potensial untuk dipromosikan.
Sebaliknya, kamu juga bisa tahu bagian apa yang kurang diminati. Selanjutnya, kamu hanya perlu mengoptimasi konten tersebut agar lebih menarik lagi.
Engagement yang baik ditunjukkan lewat jumlah followers, like, retweet, dan comment yang terus meningkat. Jika istilah “terus meningkat” terdengar agak menyeramkan dan kurang realistis, paling tidak cobalah untuk tidak kehilangan followers.
Kata-kata orang soal sebuah bisnis adalah cerminan dari brand awareness. Ketika orang berkata buruk, impresi negatif bisa menular ke calon konsumen lain.
Sebaliknya, ketika pelanggan puas bisa jadi ada calon konsumen yang terkonversi. Selain memonitor apa yang dibilang orang mengenai brand kamu, ada baiknya untuk aktif menanggapi apa yang dikatakan soal brand kamu.
Kamu pasti tak asing lagi dengan survey, kan? Melalui survey, kamu bisa bertanya ke beberapa pelanggan mengenai pengetahuan mereka tentang brand kamu. Jadi, kamu bisa benar-benar tahu bagaimana kondisi di lapangan tentang brand awareness kamu.
Demikian penjelasan dari Teknatekno mengenai brand awarness. Meningkatkan brand awareness ternyata bukan cuma soal baliho besar dan iklan di mana-mana. Ternyata, ada begitu banyak cara supaya sebuah bisnis bisa memiliki brand awareness yang tinggi.
Beberapa cara mugkin cukup populer dibandingkan yang lainnya. Misalnya, referral programs, konten gratis, kontes media sosial, influencers marketing, dan sponsorship sudah cukup umum dilakukan pebisnis. Di sisi lain, ada freemium, infografik, podcast, dan partnering yang masih perlu dieksplor lagi.
Apapun bisnis yang kamu jalankan, semoga artikel membantu kamu menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan brand awareness.
Hai Saya schoirunn aktif menulis dan berkontribusi dalam berbagai media massa, seperti surat kabar sekolah, website, dan media sosial. Saya juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik dan magang di salah satu media nasional, yang membuat saya semakin memahami bagaimana dunia jurnalistik bekerja. Selain menulis, saya juga senang memotret dan merekam video. Saya percaya bahwa gambar dan video dapat memberikan dampak yang kuat dalam menyampaikan sebuah cerita. Sebagai seorang jurnalis muda, saya berkomitmen untuk selalu memperbaiki keterampilan saya dalam menulis, mencari sumber, dan melakukan wawancara yang berkualitas.