ICO (Initial Coin Offering), Cara Terhindar Scam Saat Trading Crypto

Teknatekno.com – Hai Teknozen! Sebagian dari kamu mungkin masih ada yang asing dengan istilah ICO (Initial Coin Offering). Ada banyak tren dan kebiasaan baru yang muncul belakangan, salah satunya dalam dunia cryptocurrency atau mata uang kripto.

Salah satu kegiatan yang cukup populer sekarang adalah Initial Coin Offering (ICO). Bahkan, sejak 4 tahun lalu, tepatnya mulai dari kuartal kedua tahun 2017, telah banyak pengembang perusahaan mengumpulkan dana publik untuk proyek mereka.

Jadi, apa sebenarnya Initial Coin Offering (ICO) itu? Untuk lebih jelasnya, yuk simak pembahasan dari Teknatekno mengenai ICO (Initial Coin Offering) berikut ini.

Mengenal ICO (Initial Coin Offering)

Initial Coin Offering (ICO) merupakan metode pengumpulan dana di lingkungan mata uang kripto melalui penawaran jenis koin baru. Jika kamu tertarik, maka mereka bisa mulai bertransaksi menggunakan mata uang kripto yang telah ada atau dengan uang asli.

Kadang ICO disebut sebagai crowdsale, di mana sebuah perusahaan atau startup sengaja merilis mata uang kripto mereka sendiri untuk kepentingan pendanaan.

Selama ini, Bitcoin dan Ethereum menjadi dua cryptocurrency yang banyak digunakan dalam ICO. Dari acara ini, perusahaan akan memperoleh dana untuk mengembangkan produk baru dari dana investor yang tertarik dengan token kripto mereka.

Investor mendapat keuntungan berupa kepemilikan saham yang lengkap. ICO dapat dilakukan siapa pun selama dia memiliki teknologi dan sumber daya. Tapi sayangnya belum ada proteksi untuk ICO sehingga banyak perusahaan yang memilih tidak melakukannya.

Mengenal Initial Coin Offering

Cara Kerja Initial Coin Offering

Ada banyak bentuk ICO yang saat ini dikenal. Biasanya, perusahaan yang akan meluncurkan acara ini memiliki blockhain fungsional. Dengan kata lain, mereka memiliki satu tempat di jaringan Ethereum atau Bitcoin. Di sana, terdapat blcokhain terkemuka dan platform untuk ICO.

Apakah hal ini diperbolehkan? Tentu saja. Sebab, software di balik keduanya merupakan sumber terbuka yang bebas digunakan untuk menciptakan mata uang digital dengan Ethereum Smart Contract.

Perusahaan yang melakukan ICO akan mengumpulkan dana dengan menjual mata uang kripto berbentuk token. Bentuk token sama dengan mata uang kripto lain, seperti Bitcoin.

Saat melakukan penjualan, perusahaan terlah terlebih dahulu membuat white paper atau proposal yang menjelaskan proyek mereka. Isi white paper harus mampu menjawab beberapa pertanyaan berikut:

  • Proyek apa yang akan dibuat?
  • Bagaimana cara membuat proyek itu?
  • Apa tujuan proyek itu?
  • Siapa yang akan melakukan dan bertanggung jawab terhadap proyek itu?
  • Berapa minimal dana yang dibutuhkan?
  • Bagaimana persentase pembagian Hak dan Kewajiban Developers atau Perusahaan Startup dan investor?

Singkatnya, white paper merupakan gambaran lengkap mengenai rencana pengembangan produk dengan berbagai prediksi ke depannya nanti.

Jika dana terpenuhi, maka perusahaan akan meneruskan proyeknya. Jika dana tidak cukup, maka seluruh dana yang terkumpul akan dikembalikan dan ICO dianggap gagal.

Risiko Melakukan Initial Coin Offering

Sejak pertama kali dilakukan, banyak protes yang dilayangkan terhadap praktik ICO. Hal itu lantaran adanya anggapan bahwa ICO cenderung menimbulkan penipuan di internet.

Hal itu tidak sepenuhnya salah. Sebab, penjahat siber telah menjadikan ICO sebagai target baru yang mudah. Hal ini lantaran adanya kerentanan dan minimnya perlindungan terhadap segala bentuk transaksi di dalamnya.

Beberapa negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok mulai melakukan tindakan preventif untuk melindungi warganya. Apalagi dengan fakta bahwa banyak potensi kecurangan di dalamnya.

Sampai dengan 2017, ICO telah berhasil menghimpun dana sebesar US$150 miliar. Tapi, US$150 juta di antaranya dicuri oleh penjahat siber.

Penjahat siber menyerang perusahaan-perusahaan kecil yang baru terbentuk dengan melakukan pencurian langsung atau menyabotase data mereka dan meminta tebusan agar data tersebut dikembalikan.

Namun, terlepas dari risiko yang disebabkan oleh penjahat siber, ada juga potensi scam yang dilakukan oleh oknum perusahaan yang melakukan ICO. Berikut beberapa tanda jika ICO berpotensi scam:

  • Perusahaan yang melakukan ICO tidak dikenal masyarakat, atau jika dikenal, mereka memiliki reputasi yang buruk. Perusahaan yang tidak mementingkan reputasi bisa jadi berpotensi melakukan scamming.
  • Dompet escrow tidak tersedia. Escrow sendiri adalah dompet yang dikelola pihak ketiga yang tidak berhubungan dengan penyelenggara ICO. Tujuannya agar tidak terjadi penggelapan atau pelarian uang. Tetapi jika escrow tidak ada, kamu patut mencurigainya.
  • Tujuan pengembangan tidak jelas dan mustahil. Bisa jadi, orang-orang di balik proyek ini tidak tahu apa yang mereka lakukan.
  • Tidak transparan. Padahal, dalam praktiknya penyelenggara ICO harus menunjukkan proyek, atau setidaknya memberikan teaser.

Mengenal ICO (Initial Coin Offering)

Cara Menghindari Kerugian ICO

Berikut beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk menghindari potensi kerugian ICO:

1. Cari Informasi Terbaru Tentang Cryptocurrency

Jika kamu ingin membeli ICO, maka hal pertama yang harus kamu lakukan adalah membiasakan diri dengan cryptocurrency secara lebih luas. Pada kebanyakan kasus, investor harus membeli token dengan cryptocurrency yang sebelumnya sudah tersedia, seperti bitcoin ataupun ethereum.

Cara paling ampuh yang bisa dilakukan jika kamu tertarik dengan Initial Coin Offering adalah mulai membaca berbagai proyek online terbaru. Dewasa ini, sudah ada banyak sekali situs online yang mana setiap investor akan bisa berkumpul untuk membahas berbagai potensi baru.

Salah satunya adalah situs Initial Coin Offering Watchlist yang di dalamnya setiap investor akan bisa menemukan ICO baru dan membandingkan penawaran yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

2. Tidak Ada Otoritas yang Mengatur ICO Secara Umum

Tidak ada satupun peraturan yang mengatur tentang ICO, sehingga akan sangat rawan sekali terjadi penipuan. Para investor diharap bisa selalu waspada karena beberapa Initial Coin Offering ataupun kampanye crowsale sebenarnya sangat curang.

Untuk itu, penting sekali untuk mengambil berbagai tindakan pencegahan atas seluruh hal yang mungkin saja bisa terjadi.

Selain itu, penggalangan dana semacam ini pun tidak diawasi dan diatur oleh otoritas keuangan, sehingga akan sangat rentan sekali terjadi penipuan Initial Coin Offering. Jangan heran bila ada beberapa negara yang melarang penggunaan ICO.

3. Hati-hati

Terdapat empat cara yang bisa kamu lakukan agar bisa terbebas dari penipuan:

  • Pastikanlah bahwa pengembangan proyek bisa menentukan tujuan secara jelas.
  • Kamu harus mengetahui pengembangan proyek kamu, sehingga kamu bisa mengetahui siapa saja yang nantinya akan terlibat di dalam proyek, dimana lokasi mereka, dan rencana dari bisnis tersebut, serta hal lainnya.
  • Carilah syarat dan ketentuan hukum yang sudah ditetapkan terkait ICO agar bisa memastikan bahwa seluruh ICO yang dibeli adalah legal.
  • Pastikanlah dana Initial Coin Offering sudah tersimpan didalam dompet escrow yang memerlukan kunci berlapis agar bisa mengaksesnya.

Kesimpulan

ICO adalah suatu sarana dalam mengumpulkan dana melalui penawaran suatu jenis koin baru atau layanan cryptocurrency baru. Koin yang dimaksud ini adalah mata uang cryptocurrency.

Lalu investor yang merasa tertarik akan memberikan sejumlah penawaran, baik itu dengan mata uang crypto lain misal bitcoin, atau dengan uang real. Kemudian pihak investor akan menerima token cryptocurrency baru khusus untuk ICO.

Hai Saya schoirunn aktif menulis dan berkontribusi dalam berbagai media massa, seperti surat kabar sekolah, website, dan media sosial. Saya juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik dan magang di salah satu media nasional, yang membuat saya semakin memahami bagaimana dunia jurnalistik bekerja. Selain menulis, saya juga senang memotret dan merekam video. Saya percaya bahwa gambar dan video dapat memberikan dampak yang kuat dalam menyampaikan sebuah cerita. Sebagai seorang jurnalis muda, saya berkomitmen untuk selalu memperbaiki keterampilan saya dalam menulis, mencari sumber, dan melakukan wawancara yang berkualitas.

You might also like